MAKALAH PERILAKU
ORGANISASI
" Perilaku Ratna
Sarumpaet dalam Konteks
Psikoanalisis Sigmund Freud”
Dosen Pengampu : Alfi Sahri, S.Sos.
M.I.Kom
Disusun
Oleh :
v Aulia Putri
v Doharni Rambe
v Dia Kartika
v Melati
v M.Fakhrul Lubis
v Mutiara Fadhilah Nasution
Prodi : Manajemen Pendidikan
Islam ( MPI )
Kelompok : 1( Satu )
Semester
:
V(Lima )
SEKOLAH
TINGGI
AGAMA
ISLAM SUMATERA
(STAIS)
MEDAN
KATA
PENGANTAR
Alhamdulilllah,Kami
panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, makalah ini dapat
Kami selesaikan. Shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW, pembimbing umat
menuju cahaya kebenaran illahi.
Adapun
pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk diajukan sebagai syarat dalam diskusi kelompok pada mata
kuliah perilaku organisasi tentang Perilaku Ratna Sarumpaet dalam Konteks Psikoanalisis Sigmund
Freud
Mengingat
isinya sangat penting sebagai bahan pembelajaran agar tercapainya
tujuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah,baik masalah individu ataupun
masalah kelompok.
Mudah-mudahan
makalah ini besar manfaatnya bagi para
pembaca dan khususnya bagi penulis menjadi amal yang sholeh yang bisa
menghantarkan kesuksesan dalam belajar.
Medan, 8
Desember 2018
KELOMPOK
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
............................................................................................
i
DAFTAR
ISI............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
I.3. Latar
Belakang.................................................................................................... 1
I.2. Rumusan
Masalah............................................................................................... 1
I.1.
Tujuan................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Sejarah Psikoanalisis Sigmund Freud………………......................................... 2
II.2. Kasus Ratna Sarumpaet……………………………………………………….. 4
II.3 Analisis
Kasus Ratna Sarumpaet dengan PSikoanalisis Sigmund Freud…..... 6
BAB III PENUTUP
III.1.
Kesimpulan...................................................................................................... 8
III.2.
Saran............................................................................................................... 8
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................... 9
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini
banyak sekali warga negara Indonesia yang mempunyai kepribadian baik.
Kepribadian sangat mencerminkan perilaku seseorang, maka dengan adanya mata
kuliah ini kita diajarkan menjadi seorang pribadi yang mempunyai kepribadian
yang sangat baik. Setiap orang sama
seperti kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang
diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita
sendiri. Kenyataanya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas.
Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan
teman kampus, sejawat di kantor tetangga bahkan dengan suami atau istri dan
anak-anak kita dirumah. Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari
ilmu psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang
penting guna memahami ilmu psikologi. Teori psikoanalisis yang menjadi teori
yang paling komprehensif diantara teori kepribadian lainnya.
I.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Sejarah Terbentuknya Teori Psikoanalisis
Sigmund Freud?
2.
Apa itu Teori Psikoanalisis Sigmund Freud?
3.
Bagaimana Hubungan Kasus Ratna Serumpaet Dalam Teori
Psikoanalisis?
I.3
Tujuan Penulisan
1.
Dapat Mengetahui Sejarah Terbentuknya Teori
Psikoanalisis Sigmund Freud
2.
Dapat Mengetahui Teori Psikoanalisis
3.
Dapat Memahami Hubungan Kasus Ratna Serumpaet Dalam
Teori Psikoanalisis.
4.
Dapat Melengkapi Tugas Makalah Mata Kuliah Perilaku
Organisasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1
Sejarah Psikoanalisis Sigmund Freud
A.
BIOGRAFI SIGMUND FREUD
Sigmund freud lahir di
Moravia, 6 mei 1856 dan meninggal di London 23 september 1939 berasal dari
keluarha Yahudi. Mempunyai seorang istri bernama Martha Barneys dan mempunyai 6
orang anak, serta putrinya , anna Freud memjadi penganut Freudinamisme. Sigmund
Freud masuk fakultas kedokteran universitas kedokteran wina pada tahub
1873-1881, spesialisasi dokter ahli syaraf dan penyakit jiwa (psikiatri). Pada
tahun 1894 Freud belajar terapi histeri pada Jean Caharcot di Paris. Tahun 1895
ia kembali ke Wina bekerja sama dengan Dr. Joseph Breur dengan metode asosiasi
bebas. Tahun 1895 Freud bersama Breur menulis tentang kasus-kasus histeri.
Tahun 1923 Freud kena penyakit kanker
rahang dan pernah dioperasi selama 30 kali.
B.
DASAR-DASAR TEORI PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD
Sumbangan Freud dalam
teori kepribadian substansial sekaligus diantara teori kepribadian substansial
sekaligus kontroversial. Teori psikoanalisis menjadi teori yang paling
komprehensif diantar teori kepribadian lainnya, namun juga mendapat tanggapan
yang baik tanggapan positif maupun negatif. Peran penting dari ketidaksadaraj
beserta insting-insting seks dan agresi yang ada didalamnya dalam pengaturan
tingkah laku, menjadi karya/temuan monumental Freud. Sistematik yang dipakai
Freud dalam mendeskripsi kepribadian menjadi tiga pokok yaitu : struktur
kepribadian. Dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian
C. STRUKTUR KEPRIBADIAN
1. Sadar
(conscious)
Tingkat kesadaran yang
berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud hanya
sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi,perasaan, dan
ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness).
2. Prasadar (preconscious)
Prasadar disebut juga
ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan
antara sadar dan tidak sadar.
3. Tak sadar (Unconscious)
Yaitu bagian yang
paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian
terpenting dari jiwa manusia. Ketidaksadaran itu berisi insting , impuks dan
drivers yang dibawa dari lahir , dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya
pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar.
1. Id
Id beroperasi
berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle) yaitu berusaha memperoleh
kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Pleasure principle diproses dengan dua
cara yaitu :
a. Tindak refleks (refleks actions)
Adalah reaksi otomatis
yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata yang dipakai untuk menangani
pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan.
b. Proses primer (primery process)
Adalah reaksi
membayangkan / mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan
tegangan-dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar
membayangkan makanan atau puting ibunya.
2. Ego
Ego adalah eksekutif
atau pelaksana dari kepribadian yang memiliki dua tugas utama yaitu : memilih
stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan
sesuai dengan prioritas kebutuhan. Serta menentukan kapan dan bagaimana
kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya
minimal. Ego sebenarnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu ego yang tidak
memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari id.
3. Superego
Superego bersifat
nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan ego,
baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Ada tiga fungsi superego :
mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan moralistik,
merintangi impuls id terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan
dengan standar nilai masyarakat, mengejar kesempurnaan.
II.2
Kasus Ratna Sarumpaet
Cerita di Balik Kebohongan Ratna
Sarumpaet,Ratna Sarumpaet akui bohong soal kabar penganiayaan. (CNN
Indonesia/Andry Novelino)Ratna Sarumpaet akhirnya buka suara soal penganiayaan
dirinya hingga babak belur.
Dalam konferensi pers yang digelar
dikediamannya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Rabu sore (3/10), Ratna
menjelaskan bahwa lebam pada wajahnya merupakan dampak dari proses sedot lemak
yang dilakukan pada 21 September 2018.
Saat itu, Ratna mengaku menemui
dokter Sidik Setiamihardja, pemilik RS Bina Estetika, Menteng, Jakarta
Pusat."Tanggal 21 saya mendatangi RS khusus bedah, menemui dokter Sidik
ahli bedah plastik. Kedatangan saya ke situ karena kami sepakat beliau akan
menyedot lemak di pipi kiri saya," kata Ratna.Ratna mengatakan sudah
beberapa kali ditangani Sidik. Karena itu, untuk kali ini pun ia kembali
meminta dokter tersebut yang menanganinya.Setelah dilakukan operasi pada 21
September, keesokan hari wajahnya justru lebam-lembam. Ratna mengaku sempat
bertanya kepada dokter Sidik. Namun Ratna diminta untuk tidak khawatir karena
hal itu wajar terjadi."Setelah operasi dijalankan pada tanggal 21, dan 22
nya pagi saya bangun saya lihat muka saya bengkak secara berlebihan, tidak
seperti yang dialami biasanya. Dokter Sidik saya tanya, 'ini kenapa begini? dia
bilang itu biasa'," tutur Ratna.Ratna mengatakan ketika pulang ke rumah
wajahnya masih bengkak. Dia kala itu berpikir jawaban apa yang akan diberikan
apabila ditanya oleh keluarganya terkait kondisinya saat itu. Ratna akhirnya
memilih alasan habis dipukul oleh orang saat ditanya anak-anaknya di rumah.
"Pulang dari sana setelah saya
dijadwalkan pulang, lebam-lebam di muka saya masih ada. Seperti ada kebodohan
yang tidak pernah saya bayangkan bisa saya lakukan dalam hidup saya. Saya
pulang seperti membutuhkan alasan pada anak saya di rumah, kenapa muka saya
lebam-lebam," kata Ratna."Dan memang saya ditanya, 'kenapa?'. Saya
jawab dipukuli orang," lanjut dia.Ratna mengakui jawaban pendek itu
merupakan tindakan bodoh karena terus dikembangkan dan pada akhirnya berujung
polemik. Walaupun sebenarnya, kata Ratna, jawaban ini hanya untuk disampaikan
kepada keluarga."Jadi selama seminggu lebih sebenarnya cerita itu hanya
berputar-putar di keluarga saya dan hanya untuk kepentingan saya berhadapan
dengan anak-anak saya. Tidak ada hubungannya dengan politik, tidak ada
hubungannya untuk keluar," tegas Ratna.Ratna mengatakan beberapa hari
berselang, Wakil Ketua DPR Fadli Zon datang ke rumah. Dalam pembicaraan kala
itu, sempat menyinggung soal kondisi wajahnya. Kemudian, kata Ratna, saat itu
dia pun mengakui bahwa telah menjadi korban penganiayaan.Ratna Sarumpaet sempat
mengaku dianiaya hingga babak belur. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)Selain
Fadli, dia juga bertemu dengan Prabowo Subianto. Saat pertemuan itu pun, kata
Ratna, dia mengaku telah menjadi korban penganiayaan."Bahkan di depan Pak
Prabowo, orang yang saya perjuangkan, orang yang saya cita-citakan memimpin
bangsa ini ke depan, mengorek apa yang terjadi kepada saya, saya juga masih
melakukan kebohongan itu," kata dia.Ratna meminta maaf kepada seluruh
pihak atas hal ini, khususnya kepada seluruh kolega di koalisi pendukung calon
presiden-wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Ia berharap, kejadian ini
tak mempengaruhi perjuangan politik yang tengah dibangun."Saya minta maaf
kepada teman-teman seperjuangan di koalisi 02, sekarang ini saya melukai hati
kalian, sekarang ini saya membuat kalian marah. Demi Allah saya tidak berniat
seperti itu dan saya harap tuhan memberikan kekuatan pada kita semua agar
kejadian ini tidak mempengaruhi perjuangan kita," kata Ratna.
II.3. Analisis Kasus Ratna
Sarumpaet dengan PSikoanalisis Sigmund Freud
Berdasarkan pendekatan
psikoanalisis dapat diuraikan bahwa Ratna Sarumpaet mengalami konflik internal
dimana dirinya mengalami ketidakseimbangan antara id, ego, dan superego.Ratna
sulit membedakan antara alam kesadaran dengan ketidaksadaran. Superego yang
didapat dari pendidikan dan norma yang ada dikalahkan oleh Id yang dominan. Sehingga
perilaku yang ditampilkan tidak sesuai dengan norma yang ada karena Ego telah
dikuasai oleh Id
Freud memiliki teori
bahwa manusia memiliki kecemasan yang harus dikelola oleh Ego dalam dinamikanya
memenuhi tuntutan Id dan Superego. Kecemasan menurut Freud adalah perasaan
teror atau takut terhadap penyebab-penyebab yang tidak terlalu jelas (Schultz
& Schultz, 2013). Kecemasan ini bisa dalam berbagai bentuk diantaranya
kecemasan mengenai apakah seseorang harus memenuhi kebutuhannya saat itu juga
(kecemasan neurotik), kecemasan mengenai apakah seseorang melakukan suatu
kesalahan etis (kecemasan moral), dan kecemasan mengenai peristiwa-peristiwa
yang mengancam seseorang (kecemasan realistik).
Seseorang memiliki
insting untuk bertahan dalam menghadapi kecemasan-kecemasan itu. Freud
menyebutnya sebagai defense mechanism (mekanisme pertahanan).
Dalam Kasus ratna Sarumpaet
memiliki kecemasan moral yaitu kecemasan mengenai apakah seseorang melakukan
kesalahan etis.Kesalahan disini ratna malu untuk menjelaskan penyebab mukanya
yang lebam akibat proses sedot lemak Kecemasan tersebut membuatnya harus
berbohong,tindakan ratna tersebut masih dalam tingkatan id pada psikoanalisis
Sigmund freud,ia tidak dapat menekan kecemasannya untuk mengakui kenapa muka
nya lebam.
Serta Ratna sarumpaet
memiliki kebutuhan yang ada dalam teori Abraham Maslow
yaitu teori hirarki kebutuhan adalah seseorang berperilaku dan bekerja karena
adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan ,pada kasus ratna
sarumpaet ia membutuhkan rasa aman untuk melindungi dirinya dari rasa emosi/kemarahan
pada anaknya,karena luka lebam akibat sedot lemak.atau rasa malu pada dirinya
adalah gangguan terbesar sehingga ia berbohong.serta pada tingkatan sosial ia
telah memiliki banyak relasi yang pro dan percaya dengan nya sehingga terpenuhi
pada tingkatan sosial untuk semakin berbohong.pada tingkatan harga diri ,ia
memikirkan reputasinya,muka lebam karena proses sedot lemak di umur yang sudah
tua,perasaan malu akan reputasi nya itulah mungkin menyebab kan ia untuk
berbohong(membuat pernyataan bahwa ia di aniyaya).
BAB
III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
Psikoanalisis merupakan
teori yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dalam menganalisis psikologis
manusia. Menurutnya, tingkah laku manusia justru didominasi oleh alam bawah
sadar yang berisi id, ego, dan super ego.
Jadi kesimpulan dari
studi kasus diatas adalah Ratna merupakan salah satu contoh pribadi yang tidak
sehat dikarenakan Ratna tidak dapat menyeimbangkan id, ego, dan superego yang
dimilikinya. Id yang dimiliki Ratna lebih besar karena ketakutannya dengan
anaknya. Ketidaksadaran menguasai alam sadar nya bisa disebabkan oleh pemikiran malu untuk
mengakui lembam yang diterimanya adalah proses dari sedot lemak. Maka dari itu
ia berbohong dan nilai nilai norma yang ada di masyarakat atau yang kita sebut
superego yang ada didalam dirinya, yang mengakibatkan ego atau alam sadar nya
terpengaruh akibat besarnya kekuatan dari id yang dimiliki oleh Ratna. Serta ia
harus memikirkan kebutuhan harga diri yaitu reputasinya tanpa memikirkan
dampaknya.
III.2
Saran
Jadilah sesorang yang
memiliki kepribadian yang sehat,yang dapat mengendalikan id ,ego untuk menjadi
superego sebagai standar kepribadian yang memiliki hati nurani,serta memiliki kualitas
berpikir .
Makalah ini tidak luput
dari kesalahan jadi apabila terdapat kesalahan kami mintak sarannya dari
pembaca.Terimakasi atas partisispasi pembaca dan mohon maaf atas kesalahan kami
dalam membuat makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Bertens, K. 2016. Psikoanalisis
Sigmund Freud. Jakarta: Gramedia
Perilaku
Organisasi 1.https://books.google.co.id.hal.223
Thoha,Mifta.2004.Perilaku Organisasi :Konsep Dasar dan
Aplikasinya.Raja Grafindo Persada:Jakarta.
Prof.Dr.J.winardi,S.E.Manajemen Prilaku Organisasi.Kencana.Jakarta.2004
Helaluddin,jurnal Psikoanalisis Sigmud Freud dan implikasinya dalam pendidikan:UIN
SULTAN HASANUDDIN.BANTEN:2018
Anwar, K. 2014. Problematika
Belajar dalam Perspektif Psikologi Pendidikan. Jurnal Pelopor Pendidikan,
6(2), 105—107.
Ja’far, H. 2015. Struktur
Kepribadian Manusia Perspektif Psikologi dan Filsafat. Psymathic: Jurnal
Imiah Psikologi, 2(2), 209—221.
Helaluddin,jurnal Psikoanalisis Sigmud Freud dan
implikasinya dalam pendidikan:UIN SULTAN HASANUDDIN.BANTEN:2018
Bertens, K. 2016. Psikoanalisis
Sigmund Freud. Jakarta: Gramedia
Bertens, K. 2016. Psikoanalisis
Sigmund Freud. Jakarta: Gramedia
#penunjangpembelajaran
#mahasiswastais
#MPISTAIS
#Masihbelajar
#MAHASISWASTAIS
ReplyDelete#STAISMEDAN
#MPISTAIS