MAKALAH
INOVASI PENDIDIKAN
“Model
Pembelajaran JIGSAW”
Dosen Pengampu : Awaluddin Sitorus,M.Pd
Disusun
Oleh :
v Mutiara
Fadhilah Nasution
Prodi : Manajemen Pendidikan Islam ( MPI )
Semester
: IV ( Empat )
SEKOLAH
TINGGI
AGAMA
ISLAM SUMATERA
(STAIS)
MEDAN
KATA
PENGANTAR
Alhamdulilllah,Saya
panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, makalah ini dapat
Saya selesaikan.Shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW, pembimbing umat
menuju cahaya kebenaran illahi.
Adapun pembuatan makalah ini dimaksudkan
untuk diajukan sebagai syarat dalam
diskusi kelompok pada mata
kuliah INOVASI PENDIDIKAN tentang Model Pembelajaran JIGSAW.
Mengingat
isinya sangat penting sebagai bahan pembelajaran agar tercapainya
tujuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah,baik masalah individu ataupun
masalah kelompok.
Mudah-mudahan
makalah ini besar manfaatnya bagi para
pembaca dan khususnya bagi penulis menjadi amal yang sholeh yang bisa
menghantarkan kesuksesan dalam belajar.
Medan, 25 Maret 2018
Mutiara
Fadhilah Nasution
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
............................................................................................
i
DAFTAR
ISI............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
I.3. Latar
Belakang...................................................................................................
1
I.2. Rumusan
Masalah.............................................................................................
1
I.1.
Tujuan................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Sejarah
Jigsaw................................................................................................. 2
II.2 Pengertian
Model Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw................................... 3
II.3 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Jigsaw............................................. 4
II.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Jigsaw................................ 6
BAB III PENUTUP
III.1.
Kesimpulan...................................................................................................... 8
III.2. Saran............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 9
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Falsafah yang mendasari
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pendidikan ialah “homo homoni socius”
(pembelajaran gotong-royong) yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk
social. Pembelajaran kooperatif terutama tipe jigsaw dianggap sangat cocok di
terapkan di Indonesia karena sesuai dengan budaya Indonesia yang menjunjung
tinggi nilai gotong royong.Model
pembelajaran jigsaw adalah suatu tehnik pembelajaran kooperatiff dimana siswa,
bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan
pembelajaran. Adapun tujuan dari model pembelajaran jigsaw ini mengembangkan
kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, serta menguasai pengetahuan secara mendalam yang
tidak mungkin diperoleh bila mereka
mencoba untuk mempelajari semua materi secara sendirian.
I.2 Rumusan Masalah
- Apa
yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
- Bagaimana
langkah-langkah metode jigsaw?
- Apa
saja kekurangan dan kelebihan dari metode jigsaw?
I.3 Tujuan Penulisan
- Untuk
mengetahui yang dimaksud/pengertian dengan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw.
- Untuk
mengetahui bagaimana langkah – langkah metode pembelajaran tipe jigsaw.
- Untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan metode jigsaw.
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1 Sejarah
Jigsaw
Teknik jigsaw adalah salah satu
teknik cooperative learning yang pertama kali diterapkan oleh Aronson tahun
1971 dan dipublikasin tahun 1978. Pada awalnya penelitiannya kelas jigsaw ini
dipakai untuk tujuan agar mengurangi rasa kompetisi pembelajar dan masalah ras
yang terdapat di sebuah kelas yang berada di Austin, Texas. Kota texas ini
termasuk mengalami masalah rasis yang sangat parah, dan itu pun memunculkan
intervensi dari sekolah¬-sekolah untuk menghilangkan masalah tersebut.
Di dalam suatu kelas banyak
pembelajar amerika keturunan afrika, keturunan hispanik (latin), dan pembelajar
kulit putih amerika untuk yang pertama kalinya berada dalam sebuah kelas
bersama-¬sama. Situasi semakin memanas dan mangancam lingkungan belajar mereka.
Dan pada tahun 1971 Aronson dan beberapa lulusan pembelajar lainnya menciptakan
jigsaw dan mencoba untuk menerapkannya didalam kelas. Dan usaha keras ini
berhasil dengan sukses, pembelajar yang pada awalnya kurang berkomunikasi mulai
berkomunikasi dan mulai bekerja sama.
Eksperimen ini terdiri dari membentuk kelompok
pembelajaran (kelompok jigsaw) dimana tiap pembelajar tergantung kepada anggota
kelompoknya untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk lulus dalam
ujian. Tanpa memandang
ras, mereka digabungkan menjadi sebuah grup dan wajib berkerjasama diantara
anggotanya agar mencapai sukses akademik. Ketika dibandingkan dengan kelas
tradisional dimana pembelajar--pembelajar bersaing secara individu,
pembelajar-¬pembelajar di dalam kelas.
II.2 Pengertian Model
Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw
Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah
pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok dan bertanggung jawab atas
penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut
kepada anggota kelompok lain..
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson
et.al.sebagai model Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis,berbicara, ataupun mendengarkan. Dalam Teknik ini,
guru memperhatikan skema atau
latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata ini
agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama
dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok
yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997
dalam http://matamatika-ipa.com). Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupaka
tipe model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi
pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kapada kelompok
yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.
Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus
bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”
(Lie,A., 1994).
II.2 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Jigsaw adalah:
Dalam pembelajaran kooperatif jigsaw langkah-langkah yang harus
dilakukan antara lain :
1.
Pembelajaran jigsaw diawali dengan pengenalan topik. Guru
menuliskan topik tersebut di papan tulis dan menanyakan kepada peserta didik
apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap
menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.
2.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah topik yang akan dibahas yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen.
Kelompok ini dinamakan kelompok
asal.
3.
Masing-masing anggota kelompok asal mengambil undian untuk menentukan
topik yang akan dibahas.
4.
Dari undian yang telah mereka ambil, peserta didik yang mendapat
undian pertama maka akan membahas topik pertama, sedangkan yang mendapat undian
kedua maka akan membahas topik kedua, demikian seterusnya. Kelompok ini
dinamakan kelompok ahli yang bertanggung jawab untuk mengkaji secara mendalam
topik yang mereka dapatkan. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mendiskusikannya.
5.
Setelah selesai, peserta didik dari masing-masing kelompok ahli
kembali kekelompok asal untuk membagikan pengetahuan yang mereka dapatkan dari
kelompok ahli. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berdiskusi.
6.
Sebelum pembelajaran diakhiri, diadakan diskusi dengan seluruh
kelas. Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap
topik yang telah dipelajari.
Menurut
Arends(1997) Fasilitator / guru dapat mengatur strategi jigsaw dengan dua cara:
·
Pengelompokkan Homogen :
Instruksi:
Kelompokkan para peserta yang memiliki kartu nomor yang sama. Misalnya, para pe
serta akan diorganisir ke dalam kelompok diskusi berdasarkan apa yang mereka
baca. Oleh karena itu, semua peserta yang membaca Bab 1, Bab 2, dst, akan
ditempatkan di kelompok yang sama.Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah
masing-masing menjadi dua menjadi papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan
letakkanlah di atas meja.
Kelebihan:
Pengelompokan semacam ini memungkinkan peserta berbagi perspektif yang ber beda
tantang bacaan yang sama, yang secara potensial diakibatkan oleh pemahaman yang
lebih mendalam terhadap salah satu bab. Potensi yang lebih besar untuk
memunculkan proses analisis daripada hanya sekedar narasi sederhana.
Kelemahan:
fokusnya sempit (satu bab) dan kemungkinan akan berlebihan.
·
Pengelompokkan Hiterogen
Instruksi:
Tempatkan para peserta yang memiliki nomor yang berbeda-beda untuk duduk ber
sama. Misalnya, setiap kelompok diskusi kemungkinan akan terdiri atas 4
individu: satu yang telah membaca Bab 1, satu yang telah membaca Bab 2,
dsb.Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi
papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di setiap meja. Biarkan
para peserta mencari tempatnya sendiri sesuai bab yang telah mereka baca
berdasarkan “siapa cepat ia dapat”.
Kelebihan:
Memungkinkan “peer instruction” dan pengumpulan pengetahuan, memberikan pe
serta informasi dari bab-bab yang tidak mereka baca.
Kelemahan:
Apabila satu peserta tidak membaca tugasnya, informasi tersebut tidak dapat
dibagi/ didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang naratif (bukan interpretatif)
dalam berbagi informasi.
II.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Jigsaw
II.3,1 Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
F Siswa diajarkan
bagaimana bekerjasama dalam kelompok
F Siswa yang
lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah
F Menerapkan
bimbingan sesama teman
F Rasa harga diri
siswa yang lebih tinggi
F Memperbaiki
kehadiran
F Penerimaan
terhadap perbedaan individu lebih besar
F Sikap apatis
berkurang
F Pemahaman
materi lebih mendalam
F Meningkatkan
motivasi belajar
F Dalam proses
belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
F Setiap anggota
siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok
F Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain
F Setiap siswa
saling mengisi satu sama lain.
F Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai
dalam waktu yang lebih singkat.
F Metode
pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
II.3,2 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
J Pembagian kelompok yang tidak heterogen,
dimungkinkan kelompok yang anggotanya lemah semua.
J Penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli
sering tidak sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
J Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan
berfikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi ketika
sebagai tenaga ahli sehingga dimungkinkan terjadinya kesalahan(miskonsepsi).
J Keadaan kondisi
kelas yang ramai,sehingga membuat siswa binggung dan pembelajran kooperatif
tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;
J Jika guru tidak
meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilanketrampilan kooperatif
dalam kelompok masingmasing maka dikhawatirksn kelompok akan macet
J Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada
siswa yang pandai
J Jika jumlah anggota kelompok kurang akan
menimbulkan masalah,misal jika ada anggota yang hanya memboncengdalam
menyelesaikan tugastugas dan pasif dalam diskusi
J Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila
ada penataan ruang belum terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah
posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang
matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu strategi
belajar mengajar yang menekan pada sikap atau perilaku bersama dalam belajar
atau membantu diantara sesame dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Penerapan model pembelajaran cooperative learning
tipe jigsaw ini pada kelas siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam
anggota kelompok belajar heterogen.setiap anggota bertanggung jawab untuk
mempelajari,menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan
pada anggota kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan
harus berkerjasama secara cooperative untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
III.2 SARAN
Guru seharusnya menjelaskan model pembelajaran tipe
jigsaw ini dulu kepada siswa sebelum menerapkannya, agar siswa tidak binggung.
Guru harus pandai dalam memilih materi pembelajaran
yang tepat untuk diterapkan dalam model ini.
Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa
bias melihat guru/papan tulis dengna jelas, bias melihat rekan-rekan
kelompoknya dengan baik,dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.
Model pembelajaran kooperatif tipejigsaw perlu digunakan
atau diterapkan karena suasana positif yang timbul akan membarikan kesempatan
kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah atau guru, selain itu siswa
akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir serta meningkatkan
keaktifan.
DAFTAR
PUSTAKA
Silberman,
Mel. 2010. Cara Pelatihan & Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks.
Robert E.
Slavin, 2005.Cooperative Learning, Bandung:
Nusa Media,
Silberman,
Mel. 2010. Cara Pelatihan & Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks.
Comments
Post a Comment